Takdir Tuhan
Karya. Tira Juniar
“Paaaagi semua,,,!!!!!” seperti
biasanya Amel dan temannya yang disebut sweet girls menyapa siapapun yang
berpapasan dengannya. Semua siswa tentu mengenalnya. Iyalah pasti,,, ia anak
pemilik sekolah SMA Terpadu Pertiwi. Sifatnya yang sombong, selalu menyakiti
orang, termasuk aku yang selalu jadi sasarannya “Minggir-minggir lo !!!” Ia
mendorong ku hingga buku yang berada dipanguanku terjatuh. “uuhhh,, sabaarrr”
itulah ia yang bersikap semaunya. Namun, aku hanya bisa mengalah dan terus
mengalah meski sebenarnya aku muak dengan apa yang mereka lakukan. Sebenarnya
tak perlu seperti itu, semua orang tau ia anak orang kaya. Menurutku tak
sewajarnya juga kan. Tapi, itu takan pernah terjadi mustahil ia akan sebaik
Reza.
Reza adalah sahabat terbaikku.
Hari-hari yang kulalui rasanya tak indah jika tak bersamanya. “Pahlawan”
mungkin kata itu cocok ku katakan untuknya. Eemmm sepertinya terlalu lebay
deh,, ya harus gimana lagi memang itu yang seharusnya. Alasanya karena ia slalu
melindungiku jika Sweet girls menggangguku. Kami bersahabat sejak SMP. Dan
kebetulan di sekolah ini kami sekelas. Kelas 10A disitulah aku mendapat
segalanya, seperti suka dan duka kulewati. Masuk kelas favorit sangat
membanggakan, menguji adrenalin, seru, dan tentu saja tanggung jawab yang besar
harus ku pikul juga.
Sebut saja aku Nizril, dengan
nama panjangku Nizril Taniara Rahani. Seharusnya aku sekarang kelas 3 SMP
namun, karena aku mengikuti program akselerasi, jadi aku loncat 1 tahun. Karena
kelas kami yang terkenal dengan siswanya yang bisa dibilang cerdas-cerdas, maka
dari itu belajar,belajar, dan belajar melingkup dalam kehidupanku. Itulah kunci
dari semuanya, tanpa hal itu dan tanpa
disertai dengan semangat, cita-cita dan harapanku takan mungkin bisa ku
gapai. Untuk dapat sekolah disini saja butuh pengorbanan yang cukup banyak,
kecerdasan unsur terpenting bagiku karena aku dapat duduk di bangku sekolah
terpadu ini karena aku mendapat beasiswa. Ayahku meninggal saat aku kelas 1
SMP, ibuku mendapat penghasilan dari berjualan kue, oleh karena itu setiap
pulang sekolah aku membantu ibu untuk berjualan. Penghasilan yang kami dapat
hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, kadang-kadang jika tak cukup kami
meminjam pada tetangga. Aku memiliki sorang adik yang masih duduk dibangku SD
kelas 4 yang bernama Vika. Membahagiakan orang tua, juga adikku tentunya,
itulah yang menjadi motivasiku untuk terus semangat menjalani hidup ini.
Bel berdentang menandakan waktu
belajar disekolah segera dimulai. Semua siswa bergegas memasuki kelasnya
masing-masing. Ruangan ini pun, tepatnya kelas ku perlahan-lahan terpenuhi dan
kali ini seorang siswa sepertinya tidak masuk. Setelahku lihat-lihat ternyata
itu sahabatku. Tak mungkin rasanya Reza tidak
masuk karena dia tidak memberitahu sebelumnya, padaku. “selamat pagi anak-anak”
Bu Nanda memasuki kelas. “ Pagi bu...” semua murid menjawab serentak. Pelajaran
hari ini akan segera dimulai namun Reza masih belum terlihat. “ Sepertinya teman kalian ada yang tidak
masuk ya ?” tanya Bu Nanda.”iya bu” temanku Tina menjawab. “kenapa Reza tidak
hadir, Nizril ?” desak bu Nanda padaku.”Saya tidak tau bu, Reza tidak memberi
pesan apapun.”ucapku.
Tiba-tiba seseorang datang dari
arah pintu kelas.” Assalamu’alaikum” ternyata itu Reza. “ wa’alaikum salam”
semua menjawab salam. Reza menghampiri Bu Nanda. ” Maaf Bu saya terlambat” “
iya tidak apa-apa asalkan jangan sampai terulang lagi. Tak seperti biasanya
kamu terlambat. Sudah silahkan duduk” Jawab bu Nanda.”terimakasih bu” Reza pun
duduk di bangkunya.
Kegiatan sekolah pada hari ini
berakhir aku pulang bersama Reza. Sudah menjadi kewajibanku setiba dirumah, aku
membuka buku-buku dan belajaarrr mulaaiiii. Dengan semangat yang berkobar, aku
mulai memenuhi otakku dengan semua kata-kata bahkan kalimat-kalimat yang
sungguh memusingkan. Namun, itu semua tidak menjadi bebanku, aku sangat
menikmati hidupku. Dan bersyukur masih bisa sekolah, apalagi sekolahnya yang
elite yang mungkin sebagian orang sulit untuk dapat menduduki sekolahku itu.
Sepintas aku berkhayal jika seandainya aku dapat melanjutkan keperguruan tinggi
dan menjadi orang yang sukses aduhh senangnya. “Niz,,Niz makan dulu” ibu
mengetuk pintu kamarku dan membuyarkan lamunanku. “iya bu, nanti Nizril ke
dapur.” Aku menjawab. Ya sudah, aku membereskan buku-buku ku dan bergegas ke
dapur untuk menambah energiku karena aku harus berkeliling berjualan kue.
***
Siang berganti malam, hingga
pagi bersinar terang. “ aku berangkat ya bu, assalamu’alaikum.” Aku
berlari-lari menuju sekolah, setiap hari aku pergi berjalan kaki, ya untuk
membatasi pengeluaranku.
“heeyy Niz.” Seseorang menepuk pundakku dari belakang.
“uuhhh kamu Rez, bikin kaget aja.” Aku menghela nafas. “Nizril, coba lihat itu,
lagi ngapain ya orang-orang berkerumun disitu?” Reza menunjuk kearah
orang-orang yang sedang mengumpul melihat sebuah pengumuman. Aku dan Reza pun
melihat pengumuman tersebut, ternyata itu sebuah pengumuman perlombaan. Aku
sangat tertarik untuk membacanya. Lomba melukis yang diselenggarakan di SMA
Garuda 1 pada tanggal 1 oktober 2013. Melukis,,, waw itu kegemaranku, emm aku
sangat tertarik untuk mengikutinya. Apalagi, yang juara 1 akan mendapat hadiah
1 juta dan mendapat sebuah piala. “wooww,, seru juga tuh.” Aku sangat antusias
terhadap pengumuman tersebut. “iya Niz, kamu kan jago ngelukis, ikutan aja !”
Reza menyarankan. “ Pasti dong aku mau ikutan, kalo gitu ikut aku !!” tangan
Reza ku tarik, dan aku membawanya ke ruang piket. Tentunya aku akan mendaftar
lomba.
Tiba-tiba Amel datang
“eh,,eh,,eh ada orang miskin nih. Uhh bau-bau, hey teman-teman jangan deketin
dia. Bisa-bisa ketularan baunya” Amel mengejekku. “hahaha” Sweet girl menertawakanku.
“hati-hati ya kalo ngomomng jaga tuh mulutmu.” Seperti biasa Reza membelaku.
“udahlah lo jangan belain si anak kamseu ini, ngapain juga lo jadi temen dia.”
Amel kembali mengejek “ bukan urusan lo juga kan.” Reza membalas. “ lo pasti
mau daftar lomba kan? Udahlah lo pasti gak akan menang. Ikutan ini pasti lo
cuman pengen uang 1 juta, uhhh uang segitu bagi gue kecil.” Amel meremehkan ku.
Aku hanya bisa terdiam, tak bisa berkata apapun. Sepatah kata pun rasanya sulit
ku ucapkan. Apa boleh buat, kami harus meninggalakan mereka daripada masalah
semakin rumit, apalagi bel masuk sudah berbunyi.
***
Hari ini aku pergi sekolah bukan
ke sekolahku yang biasanya, melainkan aku pergi ke SMA Garuda 1. Semoga saja
aku dapat menjadi juara 1 dalam lomba melukis kali ini, dengan begitu aku akan
mendapat uang yang lumanya banyak, uang itu bisa memenuhi kebutuhan keluargaku.
Kuakui, saingannya sangat berat, aku harus bertanding dengan orang-orang yang
sangat handal melukis, tapi semua itu tak menjadi penghambat bagiku. Optimis
selalu tertanam dalam jiwaku.
Lomba pun dimulai, persaanku
bercampur jadi satu. Pensil ku goreskan sedikit demi sedikit pada kanpas yang sudah tersedia. Kuas ku pulaskan
pada gambarku, Kini sebuah gambar telah terbentuk dengan indah, pemandangan
gunung yang terbentang jauh terlihat disebuah pulau yang berdiri dilaut yang biru.
yaahhh akhirnya lukisanku telah selesai. “ Alhamdulillah” kata syukur kutujukan
pada Allah SWT, aku sangat puas sekali dengan hasil karyaku. Namun, belum
tenang juga rasanya jika juara lomba belum diumumkan. Satu jam lamanya aku
menunggu, jantungku sangat berdegup kencang. “
Juara 3 lomba melukis diraih oleh Aprilia dari SMK Bakti Mulya. Juara 2
diraih oleh Siska dari SMA Melati. Dan yang sangat di tunggu-tunggu yaitu juara
pertama diraih oleh,,” MC menghentikan ucapannya. Perasaanku sangat takkaruan, keringat
bercucuran dari keningku. MC kembali melanjutkan “ Juara pertama diraih oleh
Nizril dari SMA T Pertiwi.” “Alhamdulillah, terimakasih ya Allah.” Aku bersorak
riang, semua orang bertepu tangan. “ bagi yang mendapat juara silahkan segera
ke atas panggung.” Aku dan yang lainnya menaiki panggung, senang dan bangga
yang kurasa saat ini. “ selamatya Niz.” Reza memberi ucapan selamat padaku,
begitu juga dengan teman-temanku yang lain.
Aku berlari-lari menuju rumah
untuk segera memberitahu ibuku. Langkahku terhenti, saat melihat segerombol
orang sedang berkerumun di sebrang jalan. Aku menanyakan pada bapak-bapak yang
sedang berjalan, menurut jawaban dari bapak-bapak tersebut disana ada seorang
ibu yang tertabrak mobil. Sesontak aku langsung menuju tempat tersebut.
Tubuhku lemas dan nyawaku
seperti melayang seketika saat melihat seorang ibu yang tergeletak dijalan itu
ternyata ibuku. “ibuuuuu” aku berteriak memanggil ibu, aku yang awalnya gembira
riang kini menjadi tak bertenaga. Air mataku terjatuh, tanganku memeluk erat
ibuku. Entah apa yang harus aku lakukan, aku tak tau. Seorang warga
menghentikan mobil yang sedang melaju, lalu menyuruh sopir mobil itu untuk
membawa ibuku ke Rumah Sakit terdekat. Tiba disana aku hanya bisa termenung dan
berd’oa semoga ibuku bisa terselamatkan. Aku segera menelpon Reza dan
memberitahu apa yang terjadi pada ibuku.
reza datang bersama adikku,
tergambar kekhawatiran dalam wajah mereka, apalagi adikku yang menagis tiada
hentinya. “Nizril, mana orang yang menabraknya ?” Reza bertanya padaku. “Aku
gak tau Rez, soalnya waktu aku datang sudah gak ada orang yang menabraknya.”
Aku menjawab dengan penuh kekecewaan. “ Kalo gitu aku akan tanya ke warga yang
melihat kejadianya dan akan mencarinya.” Reza berlari.
Dokter yang memeriksa ibuku
keluar dari ruangan. Aku sangat tak sabar ingin mengetahui keadaan ibuku,
akupun langsung menanyakannya. “ Gimana dok keadaan ibu saya ?” “eemmm, maaf
nak ibumu sudah tidak bisa tertolong lagi.” Dokter menjawab dengan nada yang syahdu.
“haahh gak mungkin, ibuku masih bisa bertahan dok.” Aku tak percaya dengan apa
yang dokter katakan, hatiku terasa tertusuk oleh jarum yang sangat runcing, aku
tak kuasa mendengar hal tersebut. air mataku tak mungkin bisa tertahan lagi,
aku memeluk erat adikku dan mencoba berusaha untuk bisa menerima kenyataan ini.
Ditinggal oleh ayah dan ibu, kini hanya tersisa aku dan adiku. Aku harus bisa
menjalani hidup yang fana ini dengan penuh kesabaran dan penuh perjuangan.
“ Kamu kenapa nangis Niz?” Reza
datang langsung bertanya padaku. “Reza, ibuku sudah tiada.” Aku menjawab. “ Apa
? ibumu meninggal ?” Reza menjwab dengan kaget. “Niz, aku tau siapa orang yang
menabrak ibumu.” Tegas Reza. “ Siapa ?” aku sangat ingin mengetahui orang yang
menabrak ibuku. “ Amel “ Reza menjawab. “Amel ? yang bener kamu Rez.” Aku
sangat kaget, dia yang selalu mengejek dan menyaitiku, dan kali ini ibuku yang
menjadi korbannya. Aku tak habis fikir dengan ulah Amel. Namun, aku sadar bahwa
ini semua kehendak Allah SWT, bagaimanapun juga takdir adalah takdir, takan ada
yang bisa merubah kehendak Tuhan.
. “
Ini gak bisa dibiarin, mungkin kemarin-kemarin kamu bisa mengalah, tapi kli ini
kamu harus bersikap keras ke Amel.” Reza merasa tak menerima semua yang telah
dilakukan Amel. “iya, memang benar
karena Amel, ibuku meninggal. Tapi, kan ini semua rahasia Allah, Amel juga gak
mungin mau ini semua terjadi, ini kan gak di sengaja Rez.” Aku mencoba untuk
membela Amel meski ku tau ini sangat berat bagiku. “ Kita harus laporkan Amel
ke Polisi.” Ucap Reza. “ Jangan Rez, Aku sudah memafkan Amel ko, Apalagi
Amelkan masih harus sekolah dan melanjutkan masa depannya.” Aku menjawab. “Kamu
itu terlalu baik Niz, sampai kapan kamu mau terus-terusan ngalah.” Sepertinya
Reza mulai kesal padaku. “ Aku tau ini tak adil, tapi aku gak tega jika teman
kita di penjara.” “ya sudahlah, terserah apa mau mu. Bukan waktunya kita
berdebat.” Reza menghentikan perdebatan. “ iya Rez, ini aku punya uang 1 juta
dari perlombaan tadi. Mudah-mudahan cukup untuk membayar biaya rumah sakit.”
Aku mengeluarkan uang yang ada di dalam tas ku. “ ini semua tanggung jawab Amel,
Amel yang harus membiayai semuanya.” Ucap Reza.
***
Aku,
Reza dan adikku memasuki ruangan. Aku mencium dahi ibuku, air mataku kembali
terjatuh, dan aku sangat menyesal, banyak sekali kesalahan-kesalahan yang telah
aku perbuat pad ibu. “ Ibu maafin Nizril ya. Nizril janji akan menjaga Vika
baik-baik. Nizril akan berusaha menjadi orang yang baik seperti ibu dan Ayah.”
Aku mencoba untuk tegar meski aku tak sanggup. “ Ibu Vika sayang ibu.” Vika
memeluk Ibu dan menciumnya.
Pemakaman
selesai, meski kami maih dalam keadaan berduka, namun kami harus pergi menamui
Amel untuk meminta tanggung jawab mengenai biaya Rumah Sakit. Saat kami sampai
di rumah Amel, terlihat terparkir mobil polisi. Aku langsung memasuki rumah
Amel , disana sudah ada beberapa polisi yang akan menagkap Amel. Aku
menjelaskan kepada Pak polisi bahwa aku sudah memaafkannya dan sudah
mengikhlaskan kepergian Ibuku. Akhirnya Amel selamat dari cengkraman polisi.
Sesuai dengan tujuanku, aku langsung memberitahu alasan kedatanganku ke sini.
Alhamdulillah mereka mau membiayai semua pembayaran Rumah sakit karena mereka
mengakui bahwa Amel salah.
Sehari
berikutnya, saat aku sedang merenung di kamar pada malam hari, terdengar suara
ketukan pintu. Ku buka perlahan pintu itu, ternyata yang datang dalah Amel dan
keluarganya. Aku mempersilahkan duduk dan menyuguhkan air teh. “ Amel,
sebelumnya saya mau meminta maaf atas kesalahan Amel, saya mengakui kesalahan
anak saya. Terima kasih juga karena kamu telah membebaskan anak saya dari
tangan polisi. Untuk itu kami akan mengangkat Kamu dan Adikmu sebagai anak
kami.” Ayah Amel berkata. “ Iya pak saya memaafkan Amel. Tapi, apa Amel tidak
keberatan jika saya tinggal dirumah bapak ?” Aku merasa ragu terhadap Amel. “
Tentu enggalah Niz, aku sangat menyesal dengan apa yang sudah aku lakukan.
Berkali- kali aku menyakitimu, dan aku baru menyadarinya bahwa kamu itu sangat
baik. Maafin aku ya Niz” Amel menangis, mengakui kesalahannya. “ Iya Mel aku
udah maafin kamu, mulai sekarang kita bersahabat.” Aku sangat senang karena Amel
sudah berubah. “ Bukan hanya sahabat Niz, tapi saudara. Kamu mau kan jadi
saudaraku ?” “ Iya Aku mau ko.” Aku dan Amel pun berpelukan. Dan mulai dari
sekarang Tak ada lagi rasa benci yang menyelimuti hati Amel padaku.
Aku
salah menilai Amel, ternyata Amel juga dapat berubah menjadi orang yang baik
seperti Reza. Kini hari-hari, ku jalani bersama sahabatku yang baru, tanpa
melupakan sahabat yang lama. Sahabat mewarnai kita saat suka maupun duka. Tawa
tersimpan dalam setiap waktu kala kita bersama. Tak ada penguasa lagi di
sekolah, Sweet girls tinggalah kenangan.
Kasih
sayang takan pernah hilang dalam hidup kita. Kita tidak boleh membenci orang,
meski orang tersebut membenci kita. Kita harus menyikapinya dengan penuh
kesabaran, juga dengan hati yang baik. Jalani hidup ini dengan penuh semangat,
pantang menyerah, penuh perjuangan tanpa kenal lelah, penuh keikhlasan serta
dengan kesabaran. Karena Allah pasti akan memberikan yang terbaik dan Allah itu
maha Adil.