cerpen ada apa dibalik vespa



Ada apa dibalik Vespa?
Karya Tira Juniar

Kesuksesan adalah kunci kebehagiaan. Setiap insan pasti menyimpan asa dalam jiwanya. Tak mudah bagi sebagian orang untuk menerjang kerasnya dunia. Seperti halnya yang terjadi di kehidupanku, mimpi, keinginan, cita-cita menjadi tonggaknya ambisi hidup. Meski bagaikan pungguk merindukan bulan takan pernah lenyap harapanku untuk terus maju. Segala usaha akan kulakukan selama aku mampu, untuk mencapai apa yang aku inginkan dan tentunya menjadi kebahagiaan untuk orang-orang disekitarku juga. Kegagalan, takan jadi peluntur motivasi. Bahakan, terkadang dengan kegagalan kita bisa lebih bangkit dan antusias terhadap misi hidup. Kekecewaan memang sudah pasti melanda hati seseorang yang telah gagal. Namun, aku akan berusaha menghilangkan kekecewaan dengan bangkit kembali karena tak ada gunanya hidup di lumuri rasa kecewa. Jalan hidup setiap orang memang berbeda-beda tapi, semua itu akan lebih berarti jika dimanfaatkan sebaik mungkin. Aku selalu mencoba dan terus mencoba untuk dapat menerobos celah sekecil mungkin untuk menuju gemilaunya sinar mentari.
Kondisi alam seakan-akan memerintah ku untuk bersembunyi dibalik selimut. Mata pun tak mampu ku topang lagi. Namun, apa daya tangan tak sampai, tugas tak mampu usai juga. Bukan Almeta Annora jika tak mampu menerkam guratan amanah dari sang guru. Seperti halnya namaku, menurut keterangan ayah dan mamahku, namaku yang terdiri dari 2 kata terbilang singkat namun memiliki makna yang cukup membuatku terbebani. Mengapa demikian ? Almeta berarti berambisi atau menggebu-gebu dan Annora berarti cahaya. Itulah namaku yang katanya nama adalah do’a amiin , mudah-mudahan bisa tercermin dalam diriku. Dengan demikian, aku harus selalu membanggakan orang tua, menjadi penerang untuk semua orang, dan tentunya dengan semangat, ambisi yang positif. Mungkin emang karna efek nama kali ya, aku jadi kaya gini, aktif di dunia seni yang pastinya dapat menghibur semua orang. Aku tergabung dalam sebuah club seni di Bandung, disanalah aku bisa menuangkan kreatifitasku, baik dalam tarik suara, tari, desain, dan yang paling utamanya adalah teater, selain itu aku ikut club motor vespa. Kedengaranya sangat risih sih, anak cewek ikut club motor. Tapi, gimana lagi this is my hobby. Disana aku berjumpa dengan orang-orang yang bisa bikin perutku terlilit karna lawakan mereka yang bikin ketawa ga ke rem. Bagiku mereka orang-orang yang sangat luar biasa, dengannya aku bisa tertawa lepas, gila-gilaan bareng ga kaya sebagian orang diluar sana yang tiap hari galau ngurusin cinta. Kami memang komunitas motor, tapi bukan geng motor, yang dikenal dengan orang yang ga punya aturan hidup. Justru kami penerus bangsa yang punya kreatifitas dan mungkin berintelektual. Club motor kami sering bekerjasama dengan anak-anak seni untuk melakukan sebuah program kerja yang sudah terencana. Dan memang sebagian besar anggota club motor bagian dari anggota club seni. Meskipun aku dan mereka terjun dalam keorganisasian, namun kami semua ga mengesampingkan kewajiban seorang pelajar, dan club tidak akan mengganggu urusan sekolah. Yang namanya club motor ya pasti identik dengan motornya kan ? tapi aku melaksanakan aktivitas tidak selalu dengan motor, menggunakan motor hanya saat aku bergabung dengan teman-teman. Selebihnya ya jalan kaki, naik angkutan umum, dianter ayah, ya pokonya ga bergantung ke motor. Kadang aku pulang sekolah, langsung pergi ke basecamp seni, pulang sekitar jam 5 dan yang paling menyebalkan aku harus mengerjakan tugas.. euuhhhh begini nasib jadi pelajar. Kaya sekarang ini nih, suasana heningnya malam, berbeda dengan keadaan dibalik pintu kamarku yang membara-bara karena otaku yang sudah hangus bagaikan kertas dilalap api. Dengan perasaan yang menggebu-gebu aku mengerjakan tugas, menggoreskan sedikit demi sedikit isi pena ke atas helaian kertas yang bergaris-garis ini hingga tanpa kusadari akhirnya dapat terselesaikan juga.
Saat aku hendak membereskan buku ke rak, sebuah suara menyeruak ke telingaku “Meta, baca-baca buku pelajaran dari kelas 10 sampai 12 !! pokoknya kamu pahami semua materi tersebut.” Ayahku berseru dengan pandangan yang flat. Aku hanya bisa terbelalak tak dapat menerjemahkan apa maksud dari perkataan tersebut. Ayah langsung bergegas pergi entah kemana tanpa meninggalkan kata-kata lagi. Kalimat itu membuat hatiku sedikit kesal karena baru saja aku menyelesaikan tugas, dan sekarang aku harus membuka kembali buku-buku yang lebih memusingkan dari sebelumnya.
            Hentakan jarum jam terus berbunyi dan aku masih saja mematung didepan buku-buku yang rumit ini. Oh my god!! Hal yang bodoh.. menghabiskan waktu hanya untuk berfikir yang tak membuahkan hasil. Yaaahhh dengan berat hati aku membuka setiap lembar buku itu, membacanya meski tak sejalan dengan hati. “Ya Allah hidup ko gini amat yaaa tiap hari melahap buku yang susah banget dicerna aarrrgghh!!” sempat terlintas dalam pikiranku mengapa sistem pendidikan sekejam ini, setiap hari disuguhi tugas, tugas, dan tugas sementara siswa belum tentu mengerti dengan apa yang tertuang dalam buku catatan mereka. Tujuannya sih memang terrrrrbaik tapi,, apakah semua siswa dapat mengikuti?? Yaa hanya sebagian, sedangkan yang memiliki daya tangkap yang kurang malah semakin terpojokkan. Tapi apa boleh buat?? Kita hanya bisa mengikuti kebijakan-kebijakan dari yang bersangkutan. Baik tidaknya hal ini kita saksikan saja dipenghabisan masa sekolah.
            Aku tengokkan kepala dan lirik Jam, ternyata sudah pertengahan malam, berarti aku belajar memakan waktu 10800 sekon, pantes aja kepalaku berat, sangat-sangat berat dan tak dapat lagi menampung ribuan kosakata yang ada di sumber ilmu ini. Waduhhhh lelahnya, andai aja Almet bisa seperti Lucy. Hanya melihat covernya, isinya pun langsung tersantap sel-sel otak, emm impossible. Tapi bisa juga sih jika Allah menghendaki. Ya sudahlah biarkan kehidupan mengalir sebagaimana mestinya. Tanpa berpikir bolak-balik tubuhku langsung terhempas ke atas kasur, memejamkan mata dan berharap saat aku terjaga, kilasan peristiwa indah tergambar di alam bawah sadarku.
***
Seperti biasanya, setiap sepertiga malam aku selalu terbangun untuk mencurahkan segala perasaan yang ada dalam hati kepada Yang Maha Kuasa.  Turun dari ranjang bergegas mengambil air wudhu, sebenarnya takut juga sih suasananya itu loh mencekam wkwks . Tapi, ketenangan fajar, membuat ibadahku menjadi semakin khusyu. Dan seusai itu, aku melanjutkan membaca kitab suci sampai waktu solat subuh tiba. Saat suara adzan berkumandang, tiba-tiba suara pintu terdengar, kkkrreeekkkk Itu tandanya ada seseorang yang hendak membuka pintu. Siapakah itu?? Eummm sudah kuduga itu ayahku, yang akan pergi untuk solat subuh di masjid. Saat melihat ayah, sesontak aku langsung teringat perkataannya semalam. Dan aku bermaksud akan menanyakan persoalan ini sehabis ayah pulang dari tempat ibadah. Namun, aku lupa. Sialan!!! Aku harus membawa kebingungan ini ke sekolah. Pasti aku tidak bisa fokus, yang lebih parah hari ini pelajaran fisika yang memerlukan otak fresh. Ga banyak pikiran aja bisa bikin keleyengan apalagi lagi mikirin sesuatu, akan sangat sulit bagi otak untuk menelusuri rumus-rumus.
“Almet, pulang sekolah main yu !” Seseorang yang duduk didepan bangkuku membalikan badan.
“Maaf ra ga bisa.” Hanya dengan jawaban singkat dan acuh aku harap dhera bisa ngerti situasi saat ini. Dhera memang sangat hobi shoping, tapi tidak dengan aku. Aku tidak suka membuang-buang uang yang bukan untuk kepentingan. Intinya harus pake skala prioritaslah.
“Kenapa ? besok kan free, jadi ga ada tugas kan?” Dhera berusaha meyakinkanku, tapi tetap saja sekali engga ya engga.
“Ga bisa, aku harus cepet-cepet pulang ra. Ayahku sekarang mau pergi ke Lampung, aku harus pulang sebelum ayah pergi.” Dengan ucapan yang tegas sekali lagi aku menolak.
“yaudah kapan-kapan aja deh” nampaknya dhera kesal, ya gimana lagi kan emang ini yang aku mau.
Jujur aja aku kurang nyaman main sama temen-temen di sekolah. Entah kenapa aku pun sedikit heran, padahal sama aja sih kalau dipikir-pikir. Aku lebih menyukai duniaku sendiri. Berkehidupan seadanya tanpa memikirkan hal-hal yang menurutku tidak penting. Bukan itu sih bukan itu,, haha aku lebih menyukai bermain sama temen temen sehobi. Pulang sekolah aku berjalan dibawah geramnya matahari. Tanpa ku pedulikan, seberapa kerasnya sinar membakar tubuhku. Meski kakiku kehilangan sedikit energi, aku tetep enjoy ko. Malah semakin terasa arti kehidupan yang sebenarnya huhuu lebay. Orangtua ku pernah berkata bahwa seberuntung apapun kehidupan kita, tapi tetap saja kita harus merasakan jatuh bangun nya menjalani hidup, jangan terlalu dimanjakan oleh surga dunia, nah sekarang aku mengaplikasikan perkataan tersebut. Sebenarnya bisa aja aku bawa kendaraan ke sekolah. Tapi, kesuksesan akan lebih terasa jika pengorbanan yang kita tumpahkan lebih besar, lagi pula pengalaman ini bisa menjadi cerita buat masa depan. Terkadang bila temenku ngajak pulang bareng, aku bingung harus gimana. “Meta, ikut bareng aku aja, daripada jalan sendiri.” Seseorang menghentikan motornya tepat di sampingku. “ engga ah, gapapa jalan aja.” Ya gini deh jalan udah jadi hobi, dan bukan hanya itu, Aku gamau merepotkan orang-orang. Aku hanya ingin membahagiakan mereka ya meski dengan hal-hal kecil, yang terpenting aku bisa membuat mereka tersenyum. Mungkin mereka tak habis pikir, ada orang yang gamau ditolong, bahkan lebih baik berjalan sendiri dibanding ikut dengannya. Mereka ga tau alasan yang sebenarnya. Ya seperti yang tadi aku sebutkan. Aku gamau merepotkan orang lain, aku akan melakukan apapun selama aku mampu, dan untuk hal yang positif kenapa engga?
Mungkin sekitar 3 kilo meter aku berjalan. Menyebrangi arus kendaraan, melewati serangkaian relief bumi, dan memikul tas yang berisi sekumpulan lembaran kertas mungkin massanya sekitar 3 kg. haha lucu juga ya menempuh jarak 3 km membawa beban 3 kg, apa memerlukan waktu 3 jam ? gila aja, lama banget nyampe rumah. Duh jadi ke fisika, efek tadi di sekolah kayanya. Dijalan ga terlihat satu siswa pun yang berjalan seperti aku. Hanya aku sendiri, bercucuran keringat, sampai muka ga bisa terkontrol lagi. Kalo kata anak-anak sekarang mah caleuy cenah.
“assalamualaikum..assalamualaikum..assalamualaikum!!” udah tiga kali salam ga ada yang menjawab, apa mungkin ayahku udah pergi? Benar aja saat aku masuk ga da satu orang pun didalam. Ibu ngajar di tempat kursus, naasnya aku sendiri lagi dirumah. Istirahat sejenak sambil merasakan kekesalan. Berkali-kali tertimpa nasib seperti ini, ayahku bekerja di Lampung sebagai pegawai di Perkebunan sawit, dan pulang 3 bulan sekali. Mamah ngajar kursus menjahit dari jam 10 sampai sore. Jadi? Udah biasa sendirian dirumah. Karena keadaan yang seperti ini, mendorongku untuk hidup mandiri. Seperti sekarang ini, perut terasa keroncongan, tengok lemari, ga ada makanan, ehem.. sangat menarik. Memasak adalah hobiku, sebenarnya sih bukan memasaknya yang menjadi hobi, tapi kreasi dalam pasakannya. Aku sangat suka berkreasi dalam hal apapun, baik dalam memasak, fashion, yang lebih khususnya dalam seni. Perut sudah terisi langsung saja duduk diiiiii kusi berpikiiirrr. Tapi, masih ada perasaan ngeganjel nih, yaahh masalah tadi malem. Aku coba sms mamah bermaksud nanya pembicaraan ayah, dan ternyata tidak ada jawaban. Berkali-kali ku coba hasilnya ya sama seperti yang tadi. Sambil nunggu balesan lebih baik aku ngerjain pr aja deh, dari pada bengong ga ada hasil, lumayankan lagi cape juga paksain aja.
Tiba-tiba seseorang membangunkan ku, astagfirullah aku tertidur, dan tugas ? ya pasti belum bereslah. Ini nih hal yang paling aku benci, lagi ngerjain tugas, nundutan dan akhirnya terlelap, ini sangat membuang-buang waktu. Tapi, kabar gembiranya ternyata yang ngebangunin mamahku. “Mah, semalem bapak nyuruh Meta baca buku dari kelas sepuluh sampe kelas duabelas, buat apa ya?” Langsung aja deh aku beralih ke topik utama. “Oh, iya Mamah lupa ngasih tau, kamu di daftarin sekolah di SMAN Akselerasi Bandung, SMA Akselerasi nerima siswa baru di tahun ajaran semester 2 kelas X, seleksinya hari senin, kamu harus udah siap Met, mamah yakin kamu bisa meskipun Cuma ada waktu 2 hari buat persiapan. Jangan lewatkan kesempatan ini, soalnya siswa akselerasi udah dipastikan masuk Universitas Negeri, dan yang lebih menariknya semua biaya kuliah bakalan ditanggung pemerintah dimanapun tempat kuliahnya.” Mamahku menjelaskan dengan panjang lebar.” Tapi Mah, ga mungkin aku bisa menguasai materi dalam waktu 2 hari?” aku sangat ragu dengan keputusan ini. “Bisa Almet, Mamah yakin, lagi pula ini kan yang kamu inginkan dari dulu, apalagi nilai raport kamu disemester 1 kan lumayan bagus.” Mamahku berusaha meyakinkan aku, ya aku pasti bisa, harus bisa. “Iya Mah Meta coba.” Buset aku harus memahami materi pelajaran yang harusnya dipelajari selama 3 tahun, sedangkan aku hanya ada kesempatan selama 2 hari. Setelah dipikir-pikir gapapa sih, yang penting udah berusaha masalah hasilnya tawakal aja. Pokoknya aku harus bisa mencapai apa yang orangtuaku inginkan. Jangan sampai mengecewakan mereka, setelah mereka banting tulang untuk biaya sekolahku, apa aku harus berleha-leha dan hanya bersenang senang ? tentu saja tidak. Mulai detik ini juga aku akan kerahkan semua tenaga dan pikiran untuk memaksimalkan belajar ku, dan yang lebih utamanya adalah berdo’a kepada Yang Maha Kuasa.
***
Matahari sudah mulai menampakan diri, namun aku masih berdiri menyaksikan kepadatan jalan, menunggu bis yang tak kunjung datang. Hati ini mulai kesal, disaat-saat darurat seperti ini masih saja ada kendala. Kata bapak-bapak disebelah aku sih bis nya mogok jadi bakalan telat datang. Aduh ! aku bingung harus gimana, berfikir terus berfikir karna tak ada akar rotan pun jadi. hari seleksi jangan sampai gagal hanya karna bis. Aku berlari-lari menuju rumah untuk mengambil motor karna aku pikir tak ada gunanya menunggu bis yang udah dipastikan telat. Dengan tergesa-gesa vespa hitam yang kinclong keluar dari garasi. Kali ini hatiku benar-benar kesal, karna motor susah nyala. Jam setengah tujuh aku baru melajukan motorku, sedangkan jarak tempuh sangat jauh. Siapa sih yang gatau kondisi jalanan Indonesia, apalagi hari senin, maju ga bisa, mundur sami mawon. Kebisingan klakson disana sini, kekesalan pengendara dirasakanku juga, udah siang, macet lagi. Sabar Ya Allah, sabaarrr hampir dekat, yaaa tentu saja hanya tinggal beberapa meter lagi oohhh my god gereget pengen cepet nyampe.. berebetbetbetbet det det det,,, vespaku mogok. Sedih huhu takdir hidup amat malang, pengen nangis Ya Allah.. yang lebih mirisnya malu diliatin orang harus ngedorong. Ya udah dorong aja deh sampe gerbang akselerasi. Dan taaddaaa !!! kalbuku melenyap seketika saat melihat gerbang SMAN Akselerasi tertutup rapat. Aku berteriak teriak memanggil Pak Satpam. “Pak.. Pak izinin aku masuk” tak peduli seberapa kerasnya volume suara. “Liat dong neng, udah jam berapa !” dengan pandangannya yang tak peduli. “Ayolah pak, aku harus ikut seleksi.” Rayuanku mungkin hanya sia-sia. “Maaf neng, udah peraturan nya kaya gini.” Pak satpan yang menyebalkan terus menolak untuk membukakan pintu gerbang. “Pak mohon maklumi, rumah aku kan jauh, jalan macet lagi. Wajar aja kalo telat datang.” Menyangkal terus menyangkal dan berharap pintu gerbang terbuka lebar untuk seorang Almeta Annora. “Ya salah sendiri, kenapa berangkatnya siang, kalo tau jalan macet, rumah jauh, berangkatnya harus pagi bangetlah.” Pak satpam malah ngebalikin omongan aku.”Iya juga sih pak, tapiii aku janji kalo aku masuk SMA ini aku ga akan telat lagi, diusahain datang paling pertama pak. Seriusan ini mah.” Mencoba membujuk lagi. “Ga, ga bisa neng, disini bapak harus bekerja professional, harus menegakkan kedisiplinan.” Waduh ekspresi pak satpam serius gini. “Kasih aku kesempatan pak pliisss, membantu kesuksesan orang, kenapa engga ?” sekali lagi aku meminta belas kasihan, “Tapi caranya salah, udah sekarang lebih baik pulang lagi aja ke rumah.” Pak satpam kembali ke pos nya. “Pak.. pak..pak.” Aku berteriak dan menggoyang goyangkan pagar sekolah, air mataku menetes sedikit demi sedikit saat menyadari kenyataan yang pahit ini, luka hati yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Hari ini tepatnya tanggal 5 januari 2014 aku gagal melaksanakan amanah dari orangtua, dan aku telah menyia-nyiakan kesempatan yang menjadi peluang untuk mencapai cita-citaku. Dan ditanggal ini pula aku memberi hadiah ulang tahun kepada mamahku berupa kekecewaan, planningnya indah tapi, dalam prakteknya jauh lebih buruk. Surprise bukan yang mengharukan namun, menyedihkan. Mencoba menenangkan diri namun tak mampu. Yang lebih parahnya aku gagal bukan karna seleksi, tapi terpegang di abu hangat. Badan lunglai seperti tak bernyawa. Aku duduk di pinggir jalan kaya anak jalanan, muka kusut, penuh pikiran. Hatiku bertanya-tanya pada diri sendiri, entah apa yang harus aku lakukan. Istigfar beberapa kali, berusaha meyakinkan diri bahwa takdir tak dapat ditentang, tapi kekecewaan, kekesalan masih tertimbun di hati. Aku belajar semalaman suntuk untuk apa? jika berujung tragis.
“Almeta !” Sesosok orang berhenti dari aliran kendaraan di jalan dengan menepikan motornya di dekat ku. Sebelum aku melihat orang itu, aku mengintip motornya, warna dan bentuk motornya sudah  familiar, ya aku tau siapa pria yang memiliki motor vespa berwarna biru ini. “Iya sa.” Aku menengok ke arah kanan atas sambil mengusap air mata di pipiku. Ternyata dibelakang dia, berjajar motor-motor sejenis. Apalagi kalo bukan vespa. Dia bersama temen-temen yang lain, Mereka adalah Dzikri dan Luthfi “Ngapain ai kamu diem disini, terus kenapa tuh dimata keluar air.” Mahesa nanya tapi kaya ngeledek. “Ih apaan orang aku ga nangis.” Ngeles, padahal udah pasti ketauan abis nangis. “Ah sok kawas bodor waè, emang kita anak bocah bisa ketipu.” Tutur Luthfi, Mahesa langsung duduk di sebelahku, aku hanya diam. “Sok atuh mulai ngedongeng, panjang ceritanya? Gapapa didengerin ko.” Mahesa nawarin curhat, lumayan juga tuh ngurangin beban. “Malu ah, ceritanya dramatis eung.” Sambil tersenyum Aku mencoba menghilangkan raut muka yang sedih. “Meni gagalauan di pinggir jalan kaya anak jalanan, sok cepet cerita, emang biasanya juga cerita kamu mah dramatis meren, sok dileuleuwihan kalo cerita tèh” Mahesa terus menekan aku untuk cerita. “Ini mah ceritanya beneran parah.” Aku sedikit menunjukan muka kekecewaanku karna masalah tadi dengan pak satpam. “Ah meni lama Cuma nyerita doang juga, tinggalin gera.” Ancam Mahesa yang udah ketebak cuma main-main. “Mulai ya,,” Saat aku hendak memulai cerita semua langsung mendekat dengan muka yang serius. “disuatu hari..” Lagi serius-seriusnya cerita tiba-tiba Dzikri memotong pembicaraan. “Seriusan eh.” Gagal deh efek seriusnya. “Iya serius, makanya pake disuatu hari juga biar serius, iya ga sih.” Hahaha semua tertawa. “Kampreet.. mulai lagi ah ga usah pake di suatu hari.” Dzikri menyarankan untuk melanjutkan cerita. Aku mulai menceritakan semuanya dengan detail. “oh jadi galau karna pa satpam hahaha ontrog lurr !! mana satpamnya? Mulai beraksilah” Dzikri berkata dengan keangkuhan macam preman. “Apa cenah,, Apa cenah.” Aku dan yang lainnya hanya membalas dengan kata-kata itu, dengan spontan kami tertawa-tawa. “Oh iya biar kaya di sinetron kalo ada yang ngegangguin temennya, langsung gibas haha.” Kali ini sepertinya perkataan Luthfi mendukung Dzikri. “Mana satpamnya? Oh itu, ada gajah dibalik gerbang, gajahnya ngamuk gerbangnya ancur.” Mahesa meledek pak satpam dengan menyanyikan lagu wali. “Sut ih bisi kedengeran.” Ucapku. Kini kesedihanku mampu mereka alihkan dengan candaan yang cukup membuatku terhibur.
“Hayu atuh Al.” Mahesa ngajak, gatau tuh ngajak apa. “Hayu kemana ih?” aku bingung, tiba-tiba dia bilang gitu. “Benerin motor, terus pindah tempat kemana kek, ke tempat makan, taman, atau kemanalah dari pada diem disini, biar nyari solusinya enak kan.” Saran dia sedikit membuatku tertarik. “Benerin ke bengkel ? emang ada di deket sini ?” sambil menengok kanan kiri mencari tempat yang berplang bengkel. “Ga ada, benerin aja sama kita, insya allah bisalah.” Wajahnya cukup meyakinkanku. “Awas aja kalo tambah rusak.” Jawabku. “ Bismillah we, selama kita ngelakuinnya bersama hasilnya akan lebih baik, kan berdua lebih baik haha, eh salah bersama maksudnya teh.” Mahesa tersenyum sedikit seraya memalingkan wajahnya dan berdiri menandakan sebuah misi akan dimulai.  Semuanya ikut bergerak menghampiri motorku, mengotak atik layaknya tukang bengkel. Sinar mentari mulai panas, akhirnya vespa kesayanganku bisa hidup kembali, setelah keresahanku yang teramat mendalam haha.
“Almet sama Mahesa aja berdua ya cari solusinya biaarrr..” Luthfi dengan dzikri seperti merencanakan sesuatu. Entahlah aku ga peduli. “Biar apa? Terus kalian ga bantu gitu? ga setia kawan.” Mataku mengedip dengan sinis, tapi cupa bercanda, emm pura-pura marah ceritanya. “Mereka mau ke suatu tempat, Al.” malah Mahesa yang ngejawab, mereka hanya cengengesan. Kami meninggalkan tempat ini, dengan mengendarai motor masing-masing dan berpisah dipersimpangan jalan. Aku dan Mahesa menuju ke sebuah tempat makan, makan berdua seakan-akan aku dan dia tuh Bagai api dengan asap, padahal sebelumnya aku ga pernah mau kalo di ajak main berdua, ya kalo hanya berdua sih ogah, tapi kalo sama yang lain oke aja. Entahlah mungkin karna aku lagi kebingungan jadi untuk sekarang mau aja makan berduaan karna aku ga mungkin pulang dengan membawa keresahan. “Sa gimana dong aku bilang ke mamah, asli ga sanggup.” Meminta solusi lagi ke dia, soalnya sih katanya akal akar berpulau tak patah. “Aku tau kita harus ngapain.” Jawab dia yang so cool. “ngapain coba?” tanyaku yang menantang. “Daftar seleksi buat beasiswa kuliah di Jepang. Lebih keren kan dibanding sekolah di akselerasi. Kita coba aja Al siapa tau kita bisa kuliah bareng di Jepang.”  Kali ini dia bener-bener menemukan sebuah solusi yang lumayan dapat pertimbangkan. “kamu jago bahasa Jepang, lah aku? Belajar aja ga pernah. Emang bisa kita ikut daftar? Kan kita masih kelas 1 SMA” Aku merasa ga yakin sama diriku sendiri. “Bisa, jadi nanti pas kita lulus SMA tinggal masuk aja ga usah mikirin kuliah lagi. Kalo masalah bahasa mah aku ajarin, mau ga?” tawarannya oke juga. “sepakat.. kapan daftarnya? Kapan belajar bahasa Jepangnya?” Aku sangat antusias karna ternyata harapanku belum usai sampai disini. “Daftar sekarang, siapin berkas, terus kirim lewat pos aku udah tau intansi yang ngelolanya, terus kamu jelasin ke mamah kamu, kamu gagal masuk akselerasi tapi masih ada peluang beasiswa ke Jepang, sekarang kita pulang nyiapin berkas. Kalo belajar mah bisa diaturlah.” Sepertinya memang sebelumnya dia udah bener-bener berencana untuk daftar, karna dia sangat paham dengan hal ini, pantes aja dia rajin belajar bahasa Jepang.
Tiba dirumah, aku tidak menemui mamah, karna jam segini mamahku sudah pergi ke tempat kursus. Aku akan menjelaskan semua yang terjadi sepulang mamah.. Aku dan Mahesa mulai menyiapkan berkas yang disyaratkan dalam pendaftaran dan langsung mengirimkannya. Kado ulang tahun untuk mamahku bisa lebih berarti dari sebelumnya, jika aku bisa lolos seleksi. Harapanku sirna kembali dengan siap menerima resiko yang akan menimpaku sepahit apapun itu, dan aku siap untuk bangkit kembali menyempurnakan kegagalan yang mungkin saja terjadi lagi.
            Sekarang aku sadar dibalik kesusahan pasti ada kemudahan layaknya makna yang terkandung dalam surat Al-insyirah. Rencana Yang Maha Kuasa lebih indah, tak seperti yang aku pikirkan sebelumnya. Dan berkat kejadian yang terjadi pada kehidupanku aku mengerti bahwa Air ada pasang ada surut, tak selamanya kita berada dalam keberuntungan. Dengan tekad yang kuat kita bisa melakukan hal yang menurut kita sulit untuk dicapai. Dan mungkin saja takdir hidupku jauh lebih baik dari yang aku bayangkan. Kesuksesan tinggal beberapa langkah lagi, beberapa tahun lagi aku akan berada di kehidupan asing dan ternyata aku bisa membanggakan orangtua, serta sekolah karna aku dapat melukiskan sejarah baru di SMA ku tanpa harus pindah sekolah ke akselerasi aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan yaitu cita-cita, harapan dan keinginan yang sudah melekat dalam diri. Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT, banyak orang diluaran sana yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Bukan hanya melanjutkan keperguruan tinggi, bahkan hanya untuk melanjutkan ke SMP saja mereka tidak bisa, Alhamdulillah kehidupanku lebih beruntung dari mereka. Yang lebih membuatku tak meyangka, aku bisa memberikan kado terindah untuk mamahku, kebahagiaan untuk kedua orangtuaku, bahkan bagi guru-guruku. Dalam kesuksesan seseorang pasti ada faktor eksternal yang mendorong. Tentu saja orang-orang disekitarnya pun ikut terjun  dalam memotivasi untuk terus bekerja keras dan berusaha mereka adalah, Orang tua, guru-guru dan motivator yang sangat solid yaitu teman. Kebahagiaan ini sampai membuat orangtuaku meneteskan air mata, rasanya pengorbananku tak sia-sia. Almeta Annora bukanlah hanya sekedar nama namun, memiliki makna yang menjadi do’a dalam perjalanan hidup.

0 comments:

Post a Comment